Minggu, 06 Maret 2011

SATUAN LAYANAN
BIMBINGAN DAN KONSELING


Tugas
Di ajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Microteaching Bk
Dosen Pengampu G. Edy Partoyo S. Pd



Di susun oleh,
Nama : M. Taufik Gunawan
Npm : 1108500906
Kelas : Bk Vc
Smstr : V ( Lima )
Progdi : Bimbingan Dan Konseling



FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PANCASAKTI TEGAL
2010

ANALISA IDENTIFIKASI KEBUTUHAN

No
Bidang Bimbingan
Hasil Analisa Kebutuhan
1
Pribadi
a. Rasa kurang percaya diri
b. Mengambil keputusan dalam bertindak
c. Menghindari dari hal – hal negatif
d. Menentang / berani melawan orang tua
e. Suka berdiam diri dan emosi
f. Pacaran yang berlebihan / menyimpang
g. Rokok dan Narkotika
2
Sosial
a. Etika menjalin hubungan yang baik dengan teman sebaya
b. Membagi waktu bermain
c. Menjalin hubungan yang baik dalam lingkungan
d. Susah bergaul dengan lingkungan
e. Hubungan dengan teman
f. Interaksi pria dan wanita
3
Belajar
a. Takut kepada guru mapel
b. Hambatan Belajar kurang konsentrasi
c. Mencegah, Menghindari dari hal negatif dari bolos sekolah
d. Memberi motivasi belajar
e. Suka bolos sekolah
f. Tidak mau tentang mata pelajaran
4
Karir
a. Bingung memilih untuk bekerja atau melanjutkan sekolah akademik
b. Memberi pengembangan tentang bakat minat
c. Membantu menyalurkan / menentukan sekolah lanjutan atau jenis pekerjaan sesuai kemampuan siswa



SKALA PRIORITAS

No
Bidang Bimbingn
Identifikasi Kebutuhan

Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
Indikator
Topik
Pngmbngn Materi
1
Pribadi
Memberi pengetahuan tentang percaya diri dalam belajar mengembalikan percaya diri.
Rasa percaya diri akan menimbulkan hal yang baik dalam belajar melakukan aktivitas baik dngan teman ataupun lingkungan sekitar tempat kita.
Mampu menerapkan kejujuran dan saling percaya dalam diri sendiri.
· Individu dapat menjalani aktivitas belajar dengan Percaya diri tanpa tergantung dari orang lain, mampu bertanya tentang pelajaran apa yang belum tahu tanpa malu – malu kepada guru mata pelajaran.

Mengembangkan Rasa Percaya Diri
2
Sosial
Sulitnya bergaul dalam lingkungan sekolah
Bergaul dengan siapapun akan menimbulkan hal yang positif bila kita banyak teman yang baik maka banyak informasi dalam kehidupan.
Dapat mengembangkan siswa bergaul dan lebih aktih dalam lingkungan sekolah
· Mampu bembagi waktu bermain antara teman dengan pacar
· Jadikan pacar sebagai motivasi belajar dan penyemangat sekolah

Etika Pergaulan dengan Teman Sebaya
3
Belajar
Malas belajar dalam lingkungan sekolah atau lingkungan tertentu dapat menimbulkan sering tidak mengikuti pelajaran / merasa malas.
Proses belajar disekolah merupakan cita – cita dan masa depan untuk bekal siswa kelak untuk belajar.
Memberi motivasi untuk kesadaran siswa agar mengetahui bahwa setiap pelajaran disekolah sangat penting untuk pengetahuan dalam diri sendiri.

· Terhindar dari malas belajar.


Hambatan dalam Belajar
4
Karir
Jenis karir apa yang akan diambil siswa yang sesuai bakat minatnya.
Karir merupakan masa depan untk siswa, sehingga penting untuk menyalurkan tentang karir yang akan dipilih siswa.
Mengambil keputusan tentang apa yang telah dipikirkan sesuai kemampuan diri siswa untuk melanjutkan perguruan tinggi atau bekerja.
· Mampu memilih jenis sekolah tingkat lanjutan / pekerjaan untuk masa depan

Menentukan jenis sekolah lanjutan







SATUAN LAYANAN
BIMBINGAN DAN KONSELING

A. Bahasan / Topik Permasalahan : Mengembangkan Rasa Percaya Diri
B. Bidang Bimbingan : Pribadi
C. Jenis Layanan : Bimbingan Kelompok
D. Fungsi / Tujuan Bimbingan : Pengentasan dan Pengembangan
E. Tempat Penyelenggaraan : Ruang kelas
F. Tanggal Pelaksanaan : Selasa, 26 November 2010
G. Waktu : Pkl 09.00-10.15
H. Uraian Kegiatan :
I. Kelas / Smt : XI IPA 2 ( Dua )
J. Sasaran : Siswa kelas XI IPA 2
Materi :
Menjelaskan tentang adanya arti Percaya diri dalam belajar.
Manfaat Percaya Diri

K. Metode : Ceramah (Curah Pendapat ( Brainstorming )
L. Uraian /Strategi Kegiatan
1. Kegiatan awal
(10 Menit)


2. Kegiatan inti
(25 Menit)


3. Pengakhiran
(10 Menit)
:



:



:
Membina rapport (salam, menyapa, bertanya….kondisi kelas siswa siap mengikuti kegiatan..),Apersepsi materi.

Berhubungan dengan kebutuhan siswa
Diharapkan dapat membawa perubahan ( Pengetahuan, sikap maupun perilaku)

Menyimpulkan, mengevaluasi, menutup kegiatan.




L. Pihak-pihak yang disertakan : Guru Bk, Siswa
M. Rencana penilaian tindak lanjut :
1. Penilaian
a. Penilaian proses
1) Mengamati keaktifan siswa dan kesungguhanya
2) Mengamati perkembangan kepribadian
b. Penilaian hasil
1) Kemampuan membantu memecahkan masalah orang lain dengan perkembangan kepribadian yang diharapkan.
2) Pengembangan kompetensi-kompetensi yang telah dirumuskan.
2. Tindak lanjut
1) Pemberian layanan lanjutan yaitu konseling individu
2) Pengamatan perkembangan peserta didik

Mengetahui Guru Pembimbing

G. Edy Partoyo S.Pd M. Taufik Gunawan
NPM. 1108500906












MATERI
Topik Bahasan : Percaya Diri
Bidang Bimbingan : Pribadi
Ada beberapa kiat praktis untuk meningkatkan rasa percaya diri. Utamanya meliputi aspek kemauan, pemahaman serta keterampilan. Untuk memenuhi aspek kemauan, Anda perlu melakukan berbagai usaha. Antara lain:
Bekerjalah dengan Ikhlas. Yakinkan bahwa seluruh amalan baik akan mendapatkan pahala walau tidak enak untuk dikerjakan.
Kerjakan setiap aktifitas dengan penuh tanggung jawab, memiliki landasan nilai (vaIue) dan prinsip-prinsip yang kuat.
Milikilah kebiasaan menerima. Ini akan meningkatkan rasa memiliki.
Tingkatkan rasa tanggung jawab pribadi. Dengan itu, rasa tanggung jawab untuk menyelesaikan problem umat akan tumbuh.
Miliki kebiasaan mempertahankan hak. Dengan cara mendorong sikap percaya diri untuk membela hak-hak kita yang hilang.
Milikilah kebiasaan hidup dengan tujuan. Tanpa tujuan yang kuat tak akan ada target dan kurang termotivasi untuk melakukan aktifitas yang baik sekalipun.
Memiliki integritas diri. Kekuatan utama bagi penyeru kebaikan terletak pada kekuatan integritas, yaitu kesatuan antara ucapan, statement tertulis dan tindakan kita.
Sedangkan untuk aspek pemahaman dan keterampilan, barangkali beberapa langkah berikut bisa Anda usahakan:
Milikilah catatan/referensi materi dan agenda yang rapi.
Siapkan materi yang akan disampaikan. Naik panggung tanpa persiapan, maka turun panggung penuh dengan kehinaan.
Bacalah buku-buku referensi, ini sangat membantu meningkatkan pemahaman.
Milikilah hafalan yang baik. Orang berbicara mengandalkan apa yang diingat.
Ambillah selalu kesempatan untuk tampil dimuka umum kapan saja. Sebagai latihan melancarkan kemampuan bicara dan kontrol diri.
Ikutilah beberapa pelatihan, semisal pelatihan Training for Trainer, atau sejenis pelatihan untuk pelatih dan fasilitator yang membekali skill mengajar.

PERCAYA DIRI,
Beberapa manfaat percaya diri dintaranya sebagai berikut :
1. UNTUK APAPUN, ANDA HARUS BERBICARA
2. PERCAYA DIRI BERARTI TAHAN BANTING
3. PERCAYA DIRI BERARTI MAMPU MENGONTROL
4. PERCAYA DIRI BERARTI TAHU KAPASITAS DIRI
5. PERCAYA DIRI BERARTI SUCCESS ORIENTED
6. PERCAYA DIRI BERARTI PERBAIKAN KUALITAS NETWORKING
7. PERCAYA DIRI BERARTI KONTROL TEMPERAMEN YANG LEBIH BAIK
8. PERCAYA DIRI BERARTI MAMPU MENGHAMBAT UPAYA SABOTASE DIRI
9. PERCAYA DIRI BERARTI HIDUP SISTEMATIS
10. PERCAYA DIRI BERARTI PENINGKATAN KEMAMPUAN BELAJAR
11. PERCAYA DIRI BERARTI YAKIN AKAN FUNGSI DIRI
12. PERCAYA DIRI BERARTI FOKUS PADA DUNIA LUAR
13. PERCAYA DIRI BERARTI HIDUP YANG LEBIH NYAMAN DAN MENYENANGKAN
14. PERCAYA DIRI BERARTI PESAN POSITIF
15. PERCAYA DIRI BERARTI PELUANG UNTUK MENUMBUHKAN KHARISMA
16. DARI MANA DATANGNYA PERCAYA DIRI?












SATUAN LAYANAN
BIMBINGAN DAN KONSELING

Sekolah : SMP N 1 Brebes
Kelas / smstr : VII / Genap
Tahun : 2010 / 2011
A. Bahasan/Topik Permasalahan : Etika Pergaulan dengan Teman Sebaya
B. Bidang bimbingan : Sosial
C. Jenis layanan : Informasi
D. Fungsi layanan : Pemahaman dan Pencegahan
E. Kompetensi yg ingin dicapai : Siswa dapat menjalin hubungan sosial dengan baik
F. Uraian Kegiatan

1. Kegiatan awal
(10 Menit)


2. Kegiatan inti
(25 Menit)


4. Pengakhiran
(10 Menit)
:



:



:
Membina rapport (salam, menyapa, bertanya….kondisi kelas siswa siap mengikuti kegiatan..),Apersepsi materi.

Berhubungan dengan kebutuhan siswa memberi materi yaitu tentang membina hubungan yang harmonis sesama teman baik di sekolah dan di luar sekolah

Menyimpulkan, mengevaluasi, menutup kegiatan.

G. Tempat penyelenggaraan : Ruang kelas
H. Alokasi waktu : 1 x 45 menit
I. Pihak yang disertakan/Peran : Wali Kelas
J. Alat dan perlengkapan : LCD / OHP, Papan tulis,
K. Rencana Penilaian : Laiseg, Laijapen, Laijapan


L. Rencana Tindak lanjut : Mengamati keterlibatan siswa dalam mengikuti layanan , untuk siswa yang keterlibataa rendah ditindak lanjuti dengan Konseling Perorangan
M. Catatan khusus : -
Mengetahui Brebes, Des 2010
Kepala Sekolah Guru Pembimbing


G. Edy Partoyo S. Pd M. Taufik G
NIP NIP 1108500906














MATERI
Topik : Etika Pergaulan dengan Teman Sebaya
Bidang Bimbingan : Sosial

Definisi / Pengertian Etika
Etika adalah suatu sikap seperti sopan santun atau aturan lainnya yang mengatur hubungan antara kelompok manusia yang beradab dalam pergaulan.
Kita semua manusia disebut sebagai makhluk sosial dan makhluk individu. Jadi kita semua walaupun mementingkan dan mendahulukan kebutuhan secara pribadi tetap membutuhkan dan memerlukan orang lain, untuk mengantar ketujuan yang kita butuhkan. Agar terjadi hubungan yang harmonis kalian perlu pembinaan dari sekarang ini sehingga nantinya tercipta hubungan yang selaras, serasi dan seimbang jauh dari pertentangan dan permusuhan yang dinilai dari masyarakat.
Adapun cara untuk membina hubungan yang harmonis sesama teman baik di sekolah dan di luar sekolah, anatara lain :
1. Saling memahami perasaan orang lain / teman
2. Mengerti perasaan orang lain
3. Bersikap sabar dan penuh perhatian
4. Mempunyai sikap hormat-menghormati sesama pada orang lain
5. Menjunjung tinggi rasa kasih sayang / setia kawan
6. Tidak saling mengejek atau mengolok-olok kelemahan orang lain
7. Menyampaikan kritik yang tidak menyakitkan
8. Tidak boleh mengikuti kehendak sendiri
9. Saling gotong royong dan tolong menolong

Untuk menjamin terbinanya pergaulan dalam masyarakat diperlukan sikap yang sopan santun, saling tolong menolong, menghormati orang tua, bicara yang baik kepada teman atau kepada yang lebih tua. Di dalam pembicaraan harus menggunakan tata bahasa yang sopan dan tidak boleh mengeraskan bunyi suara dalam berbicara.
Sebagai siswa kita tidak hanya dituntut pandai di bidang akademis saja tetapi juga harus mampu membina hubungan yang baik dan harmonis dengan guru, siswa dan karyawan, sehingga suasana di sekolah tercipta suasana yang menyenangkan.

Kesimpulan
Dalam pergaulan hendaklah kita saling hormat menghormati baik itu teman sendiri atau orang tua sendiri/orang tua yang tentunya lebih tua dari kita.
Hormat menghormati seseorang perlu adanya aturan-aturan lebih-lebih terhadap orang tua kita yang telah mendidik dan membesarkan kita.
Dalam pergaulan hendaknya kita mempunyai sikap sopan santun dan ramah tamah karena dengan sikap ini kita akan lebih mudah bergaul dengan siapa pun.
Selain dalam pergaulan kita juga harus memperhatikan kesopanan dalam tata cara makan minum dan juga etika dalam pakaian dan memandang.
Dengan adanya pergaulan kita harus menghargai teman yang sederajat atau orang tua dan kalau berbicara pada orang tua haruslah bicara baik jangan bicara yang jorok-jorok kepada orang lain atau orang tua yang lebih tua dari kita

















SATUAN LAYANAN
BIMBINGAN KONSELING

A. Topik Permasalahan/Bahasan : Hambatan dalam Belajar
B. Bidang Bimbingan : Bimbingan Belajar
C. Jenis Layanan : Layanan klasikal
D. Fungsi Layanan : Pencegahan dan Pemeliharaan
E. Tujuan Layanan/Hasil yang ingin : agar siswa mengetahui apa saja yang dapat menghambat belajar dan mengetahui solusi agar dapat belajar dengan baik.
F. Sasaran Layanan : Siswa kelas VIII
G. Uraian kegiatan dari materi layanan :
- Pembimbing menjelaskan hambatan belajar
- Pembimbing memberikan tugas kepada siswa tentang apa saja hambatan belajar dan cara mengatasinya.
H. Metode : Ceramah, diskusi dan demontrasi (praktek)
I. Tempat Penyelenggaraan : Ruang Kelas
J. Waktu : 1 x 45 menit
K. Alat & perlengkapan yang digunakan : Alat tulis dan gambar-gambar posisi duduk yang benar pada waktu belajar
L. Penyelenggaraan Layanan : Guru Pembimbing
M. Pihak-pihak yang disertakan : Guru Mata Pelajaran
N. Rencana Penilaian dan tindak lanjut :
· Penilaian
a. Penilaian proses
1) Mengamati keaktifan siswa dan kesungguhanya
2) Mengamati perkembangan kepribadian
3) Kemampuan membantu memecahkan masalah orang lain dengan perkembangan kepribadian yang diharapkan.
4) Pengembangan kompetensi-kompetensi yang telah dirumuskan.
· Tindak lanjut
1. Pemberian layanan lanjutan yaitu konseling individu
2. Pengamatan perkembangan peserta didik
3. Mengamati kebiasaan / hambatan belajar siswa dan analisis hasil belajar
O. Keterkaitan layanan ini dengan : Himpunan Data
Layanan/ kegiatan pendukung
P. Catatan Khusus : -

Tegal, Juli 2010
Kepala Sekolah Konselor Sekolah


G, Edy Partoyo S. Pd M. Taufik Gunawan
NIP NPM 1108500906
MATERI
Topik : Hambatan dalam Belajar
Bidang Bimbingan : Bimbingan Belajar

Kesulitan belajar dapat diartikan sebagai suatu kondisi dalam proses belajar yang ditandai oleh adanya hambatan – hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar. siswa yang mengalami kesulitan belajar akan mengalami hambatan dalam proses mencapai hasil belajarnya, sehingga prestasi yang dicapainya berada di bawah yang semestinya.
Beberapa tingkah laku yang menunjukkan gejala – gejala kesulitan belajar antara lain :
Menunjukkan hasil belajar yang rendah di bawah rata - rata nilai yang dicapai kelompoknya atau dibawah potensi yang dimilikinnya.
Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang telah dilakukan.
Lambat dalam melakukan tugas – tugas kegiatan belajar.
Menunjukkan sikap – sikap yang kurang wajar, seperti acuh tak acuh, menentang dan, berpura – pura.
Menunjukkan sikap – sikap yang berkelainan, seperti membolos, datang terlambat, tidak mau mencatat pelajaran, tidak teratur dalam kegiatan belajar.
Menunjukkan gejala emosional yang kurang wajar seperti pemurung, mudah tersinggung, pemarah, tidak atau kurang gembira dalam menghadapi situasi tertentu.
A. Faktor – faktor Penyebab Kesulitan Belajar
Faktor – faktor penyebab kesulitan belajar dapat digolongkan kedalam dua golongan, yaitu Faktor intern dan faktor ekstern.
1. Faktor intern (faktor dari dalam siswa itu sendiri), meliputi :
a. Sebab yang bersifat fisik
1) Karena sakit, siswa yang sakit akan mengalami kelemahan fisiknya, sehingga saraf sensorik dan motoriknya lemah.
2) Karena kurang sehat, siswa yang kurang sehat dapat mengalami kesulitan belajar, sebab ia mudah cape, mengantuk, pusing, daya kosentrasinyna hilang, kurang semangat, pikiran terganggu.
3) Karena cacat tubuh , Cacat tubuh yang tetap (serius) seperti buta, tuli, bisu,
b. Sebab – sebab kesulitan belajar karena rohani :
Apabila dirinci faktor rohani itu antara lain :
1) Intelegensia
2) Bakat
3) Minat
4) Motivasi
5) Faktor Kesehatan Mental
2. Faktor Ektern
a. Faktor keluarga
1) Faktor Orang Tua
a) Cara mendidik anak :
b) Hubungan Orang Tua dan Anak
c) Suasana rumah / keluarga.
d) Keadaan Ekonomi Keluarga
(1) Ekonomi yang kurang / miskin
a) kurangnya alat – alat belajar
b) kurangnya biaya yang disediakan orang tua
c) tidak mempunyai tempat belajar yang baik
(2) Ekonomi yang berlebihan (kaya)

b. Faktor Sekolah
1) Guru
a. Guru tidak kulified, baik dalam pengambilan metode yang digunakan atau dalam mata pelajaran yang digunakannnya.
b. guru yang kasar, suka marah , suka mengejek, tak pernah senyum ,dll.
c. Guru menuntut standart pelajaran diatas kemampuan anak.
d. Metode mengajar guru yang dapat menimbulkan kesulitan belajar.
2) Faktor alat
3) Kondisi Gedung
4) kurikulum
5) Waktu sekolah dan Disiplin kurang
c. Faktor Mass media dan Lingkungan Sekolah
1) Faktor mass Media
2) Lingkungan Sosial
3) Lingkungan tetangga
4) Aktivitas dalam masyarakat


Peranan Guru Dalam Proses Belajar
Dalam proses belajar mengajar, guru mempunyai tugas untuk mendorong, membimbing dan memberikan fasilitas belajar bagi murid – murid untuk mencapai tujuan. Guru mempunyai tanggung jawab untuk melihat segala sesuatu yang terjadi dalam kelas sehingga kegagalan anak dapat dideteksi sedini mungkin dan selanjutnya guru segera memberikan bantuan dalam

















SATUAN LAYANAN
BIMBINGAN KONSELING

SMP Negri 3 Pangkah 2010
A. Bahasan / Topik Permasalahan : Menentukan jenis sekolah lanjutan
B. Bidang Bimbingan : Bimbingan karir
C. Jenis Layanan : Layanan penempatan dan Penyaluran
D. Fungsi / Tujuan Bimbingan : Pemahaman dan pencegahan
E. Tujuan Layanan :
Siswa dapat menentukan jenis sekolah lanjutan yang sesuai dengan kondisi kemampuan social ekonomi dan akademis.

F. Sasaran Layanan : Siswa kelas IX
Uraian Layanan dan Materi
1. Pembimbing memberikan uraian tentang jenis-jenis sekolah lanjutan ( SMK / SMU )
2. Siswa memilih salah satu jenis sekolah lanjutan ( SMK /SMU )

G. Metode : Tanya jawab, Pemberian tugas
H. Tempat Penyelenggaraan : Ruang kelas
I. Waktu / Tanggal : 2 x 40 menit
J. Semester : 1 /satu
K. Penyelenggaraan layanan : Guru pembimbing
L. Pihak-pihak yang disertakan
dalam penyelenggaraan : Wali kelas
M. Alat dan perlengkapan : Alat tulis menulis


N. Rencana penilaian & tindak lanjut
Partisipasi siswa:dalam kegiatan layanan
Guru pembimbing menindak lanjuti dengan konseling individual

O. Keterkaitan Layanan & Layanan : Brosur Sekolah Lanjutan
P. Kegiatan Pendukung :
Q. Catatan Khusus : -

Tegal, Desember 2010
Mengetahui Guru Pembimbing


G. Edy Partoyo M.Pd M. Taufik Gunawan
NIP NPM 1108500906









Materi
Topik : Menentukan Jenis Sekolah Lanjuta
Bidang Bimbingan : Bimbingan Karier

Masa depan yang cerah akan diperoleh, jika direncanakan sedini mungkin. Rencana tersebut hendaknya dilaksanakan secara bertahap. Untuk memperoleh hasil yang baik, tiap tahap harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.

Tahap sekarang ini dimana kamu sekalian masih duduk dibangku sekolah lanjutan tingkat pertama yaitu melnyelesaikan pelajaran SLTP dengan sebaik-baiknya. Tahap berikutnya memilih sekolah lanjutan, sekolah menengah umum atau sekolah menengah kejuruan. Tetapi hal ini tidak mudah karena kadang-kadang keinginan kita untuk melanjutkan ke SLTA, tidak sependapat dengan orang tua. Suatu contoh misalnya seorang anak mempunyai keinginan untuk melanjutkan ke SMU akan tetapi orang tua berkeinginan anaknya masuk ke SMK. Dalam hal ini anak harus memepertimbangkan masa-masak untuk menentukan jenis sekolah apa yang akan dipilih sebagai pilihan paling cocok untuk melanjutkan pilihannya.

Dalam memilih sekolah yang berhubungan dengan karir harus mempertimbangkan :
1. keadaan dirinya sendiri seperti : bakat, minat, cita-cita, sikap dll.
2. keadaan social ekonomi : orang tua mampu membiayai atau tidak.
3. kedaan lingkungan : membutuhkan pengetahuan yang akan diperoleh atau tidak / memberikan lapangan kerja baginya atau tidak.

Engan berbagai pertimbangan diatas, diharapkan seorang siswa lulusan SLTP dapat memilih SMU / SMK sebagai tempat untuk melanjutkan pendidikannya dengan baik. Dari uraian diatas dapat disimpulkan, bahwa untuk mencapai karir yang tepat, harus mengelompokan tahapan demi tahapan yang harus dicapai.

Selasa, 25 Januari 2011

TUGAS

LANDASAN BIMBINGAN DAN KONSELING

Makalah

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Landasan BK

Dosen Pengampu Drs. Sukoco KW

Di susun oleh,

Nama : M. Riyadi Anwar Fahmi

Npm : 1108500929

Smstr : V ( Lima )

Progdi : Bimbingan Dan Konseling

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PANCASAKTI TEGAL

2010

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa penulis sampaikan kehadirat Allah SWT, yang telah banyak memberi banyak kenikmatan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini setelah melewati beberapa kesulitan. makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah “Landasan Bimbingan dan Konseling”

Tidak lupa ucapan terima kasih yang setulusnya, penulis sampaikan kepada pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Penulis yakin tanpa adanya bantuan dari pihak-pihak yang terkait, makalah ini tidak akan terselesaikan dengan baik.

Penulis berharap meskipun sedikit yang dapat penulis susun, akan banyak manfaatnya dalam dunia pendidikan. Tidak menutup kemungkinan masih ada terdapat beberapa kekurangan dalam penyusunan makalah ini, sehingga kritik dan saran membangun penulis untuk kesempurnaan dalam penyusunan makalah berikutnya.

Tegal, Desember 2010

Penulis

LANDASAN DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING

A. Landasan Filosofis

1. Makna dan Fungsi Prinsip-prinsip Filosofis Bimbingan Konseling

Kata filosofis atau filsafat berasal dari bahasa Yunani: Philos berarti cinta dan sophos berarti bijaksana, jadi filosofis berarti kecintaan terhadap kebijaksanaan. Sikun pribadi mengartikan filsafat sebagai suatu “usaha manusia untuk memperoleh pandangan atau konsepsi tentang segala yang ada, dan apa makna hidup manusia dialam semesta ini”.

Filsafat mempunyai fungsi dalam kehidupan manusia, yaitu bahwa :

1) Setiap manusia harus mengambil keputusan atau tindakan,

2) Keputusan yang diambil adalah keputusan diri sendiri

3) Dengan berfilsafat dapat mengurangi salah paham dan konflik, dan

4) Untuk menghadapi banyak kesimpangsiuran dan dunia yang selalu berubah.

Dengan berfilsafat seseorang akan memperoleh wawasan atau cakrawala pemikiran yang luas sehingga dapat mengambil keputusan yang tepat John J. Pietrofesa et. al. (1980) mengemukakan pendapat James Cribin tentang prinsip-prinsip filosofis dalam bimbingan sebagai berikut:

a. Bimbingan hendaknya didasarkan kepada pengakuan akan kemuliaan dan harga diri individu dan hak-haknya untuk mendapat bantuannya.

b. Bimbingan merupakan proses yang berkeseimbangan

c. Bimbingan harus Respek terhadap hak-hak klien

d. Bimbingan bukan prerogatif kelompok khusus profesi kesehatan mental

e. Fokus bimbingan adalah membantu individu dalam merealisasikan potensi dirinya

f. Bimbingan merupakan bagian dari pendidikan yang bersifat individualisasi dan sosialisasi

B. Hakikat Manusia

a. B.F Skinner dan Watsan (Gerold Corey, Terjemahan E. Koeswara, 1988). Mengemukakan tentang hakekat manusia:

- Manusia dipandang memiliki kecenderungan-kecenderungan positif dan negatif yang sama

- Manusia pada dasarnya dibentuk dan ditentukan oleh lingkungan sosial budaya

- Segenap tingkah laku manusia itu dipelajari

- Manusia tidak memiliki kemampuan untuk membentuk nasibnya sendiri

b.Virginia Satir (Dalam Thompson dan Rodolph, 1983). Memandang bahwa manusia pada hakekatnya positif, Satir berkesimpulan bahwa pada setiap saat, dalam suasana apapun juga, manusia dalam keadaan terbaik untuk menjadi sadar dan berkemampuan untuk melakukan sesuatu.

Upaya-upaya bimbingan dan konseling perlu didasarkan pada pemahaman tentang hakekat manusia agar upaya-upaya tersebut dapat lebih efektif.

B. Landasan Historis

1. Sekilas tentang sejarah bimbingan dan konseling

Secara umum, konsep bimbingan dan konseling telah lama dikenal manusia melalui sejarah. Sejarah tentang pengembangan potensi individu dapat ditelusuri dari masyarakat yunani kono.

Mereka menekankan upaya-upaya untuk mengembangkan dan menguatkan individu melalui pendidikan. Plato dipandang sebagan koselor Yunani Kuno karena dia telah menaruh perhatian besar terhadap masalah-masalah pemahaman psikologis individu seperti menyangkut aspek isu-isu moral, pendidikan, hubungan dalam masyarakat dan teologis.

C. Landasan Religius

Dalam landasan religius BK diperlukan penekanan pada 3 hal pokok:

a. Keyakinan bahwa mnusia dan seluruh alam adalah mahluk tuhan

b. Sikap yang mendorong perkembangan dan perikehidupan manusia berjalan kearah dan sesuai dengan kaidah-kaidah agama

c. Upaya yang memungkinkan berkembang dan dimanfaatkannya secara optimal suasana dan perangkat budaya serta kemasyarakatan yang sesuai dengan kaidah-kaidah agama untuk membentuk perkembangan dan pemecahan masalah individu

Landasan Religius berkenaan dengan :

1. Manusia sebagai Mahluk Tuhan

Manusia adalah mahluk Tuhan yang memiliki sisi-sisi kemanusiaan. Sisi-sisi kemanusiaan tersebut tdiak boleh dibiarkan agar tidak mengarah pada hal-hal negatif. Perlu adanya bimbingan yang akan mengarahkan sisi-sisi kemanusiaan tersebut pada hal-hal positif.

2. Sikap Keberagamaan

Agama yang menyeimbangkan antara kehidupan dunia dan akhirat menjadi isi dari sikap keberagamaan. Sikap keberagamaan tersebut pertama difokuskan pada agama itu sendiri, agama harus dipandang sebagai pedoman penting dalam hidup, nilai-nilainya harus diresapi.

3. Peranan Agama

Pemanfaatan unsur-unsur agama hendaknya dilakukan secara wajar, tidak dipaksakan dan tepat menempatkan klien sebagai seorang yang bebas dan berhak mengambil keputusan sendiri sehingga agama dapat berperan positif dalam konseling yang dilakukan agama sebagai pedoman hidup ia memiliki fungsi :

a. Memelihara fitrah

b. Memelihara jiwa

c. Memelihara akal

d. Memelihara keturunan

D. Landasan Psikologis

Landasan prikologis dalam BK memberikan pemahaman tentang tingkah laku individu yang menajadi sasaran (klien). Hal ini sangat penting karena bidang garapan bimbingan dan konseling adalah tingkah laku klien, yaitu tingkah laku yang perlu diubah atau dikembangkan untuk mengatasi masalah yang dihadapi

Untuk keperluan bimbingan dan konseling sejumlah daerah kajian dalam bidang psikologi perlu dikuasai, yaitu tentang:

1. Motif dan motivasi

2. Pembawaan dasar dan lingkungan

3. Perkembangan individu

4. Belajar, balikan dan penguatan

5. Kepribadian

E. Landasan Sosial Budaya

Kebudayaan akan bimbingan timbul karena terdapat faktor yang menambah rumitnya keadaan masyarakat dimana individu itu hidup. Faktor-faktor tersebut seperti perubahan kontelasi keuangan, perkembagan pendidikan, dunia-dunia kerja, perkembangan komunikasi dll (Jonh), Pietrofesa dkk, 1980; M. Surya & Rochman N, 1986; dan Rocman N, 1987)

1. Individu sebagai Produk Lingkungan Sosial Budaya

MC Daniel memandang setiap anak, sejak lahirnya harus memenuhi tidak hanya tuntutan biologisnya, tepapi juga tuntutan budaya ditempat ia hidup, tuntutan Budaya itu menghendaki agar ia mengembangkan tingkah lakunya sehingga sesuai dengan pola-pola yang dapat diterima dalam budaya tersebut.

Bimbingan konseling harus mempertimbangkan aspek sosial budaya dalam pelayanannya agar menghasilkan pelayanan yang lebih efektif.

1. Bimbingan dan Konseling Antara Budaya

Perbedaan dalam latar belakang ras atau etnik, kelas sosial ekonomi dan pola bahasa menimbulkan masalah dalam hubungan konseling.

Beberapa Hipotesis yang dikemukakan Pedersen dkk (1976) tentang berbagai aspek konseling budaya antara lain:

o Makin besar kesamaan harapan tentang tujuan konseling antara budaya pada diri konselor dan klien maka konseling akan berhasil

o Makin besar kesamaan pemohonan tentang ketergantungan, komunikasi terbuka, maka makin efektif konseling tersebut

o Makin sederhana harapan yang diinginkan oleh klien maka makin berhasil konseling tersebut

o Makin bersifat personal, penuh suasana emosional suasana konseling antar budaya makin memudahkan konselor memahami klien.

o Keefektifan konseling antara budaya tergantung pada kesensitifan konselor terhadap proses komunikasi

o Keefektifan konseling akan meningkat jika ada latihan khusus serta pemahaman terhadap permasalahan hidup yang sesuai dengan budaya tersebut.

o Makin klien kurang memahami proses konseling makin perlu konselor /program konseling antara budaya memberikan pengarahan tentang proses ketrampilan berkomunikasi, pengambilan keputusan dan transfer.

F. Landasan ilmiah dan Teknologis

Pelayanan bimbingan dan konseling merupakan kegiatan professional yang memiliki dasar-dasar keilmuan, baik yang menyangkut teori-teorinya, pelaksanaan kegiatannya, maupun pengembangan-pengembangan layanan itu secara berkelanjutan.

1. Keilmuan Bimbingan dan Konseling

Ilmu bimbingan dan konseling adalah berbagai pengetahuan tentang bimbingan dan konseling yang tersusun secara logis dan sistematik. Obyek kajian bimbingan dan konseling ialah upaya bantuan yang diberikan kepada individu yang mangacu pada ke-4 fungsi pelayanan yakni fungsi pemahaman, pencegahan, pengentasan dan pemeliharaan/ pengembangan.

2. Peran Ilmu Lain dan Teknologi dalam Bimbingan dan Konseling

Bimbingan dan konseling merupakan ilmu yang bersifat multireferensial, artinya ilmu dengan rujukan berbagai ilmu yang lain. Misalnya ilmu statistik dan evaluasi memberikan pemahaman dan tehnik-tehnik. Pengukuran dan evaluasi karakteristik individu;

3. Pengembangan Bimbingan Konseling Melalui Penelitian

Pengembangan teori dan pendekatan bimbingan dan konseling boleh jadi dapat dikembangkan melalui proses pemikiran dan perenungan, namun pengembangan yang lebih lengkap dan teruji didalam praktek adalah apabila pemikiran dan perenungan itu memperhatikan pula hasil-hasil penelitian dilapangan.

G. Landasan Pedagogis

Pendidikan itu merupakan salah satu lembaga sosial yang universal dan berfungsi sebagai sarana reproduksi sosial ( Budi Santoso, 1992)

1. Pendidikan sebagai upaya pengembangan Individu: Bimbingan merupakan bentuk upaya pendidikan.

2. Pendidikan sebagai inti Proses Bimbingan Konseling.

3. Pendidikan lebih lanjut sebagai inti tujuan Bimbingan tujuan dan konseling

H. Kesimpulan

Pendidikan adalah upaya memanusiakan manusia. Seorang bagi manusia hanya akan dapat menjadi manusia sesuai dengan tuntutan budaya hanya melalui pendidikan. Tanpa pendidikan, bagi manusia yang telah lahir itu tidak akan mampu memperkembangkan dimensi keindividualannya, kesosialisasinya, kesosilaanya dan keberagamaanya.

Tujuan Bimbingan dan Konseling disamping memperkuat tujuan-tujuan pendidikan, juga menunjang proses pendidikan pada umumnya. Hal itu dapat dimengerti karena program-program bimbingan dan konseling meliputi aspek-aspek tugas perkembangan individu, khususnya yang menyangkut landasan bimbingan dan konseling serta meliputi kawasan kematangan pendidikan karier, Kematangan personal dan emosional, serta kematangan sosial, semuanya untuk peserta didik pada jenjang pendidikan dasar (SD dan SLTP) dan pendidikan menengah (Borders dan Drury, 1992).

UPS

TUGAS

LANDASAN BIMBINGAN DAN KONSELING

Makalah

Di ajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Landasan BK

Dosen Pengampu Drs. Sukoco KW

Di susun oleh,

Nama : M. Taufik Gunawan

Npm : 1108500906

Smstr : V ( Lima )

Progdi : Bimbingan Dan Konseling

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PANCASAKTI TEGAL

2010

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa penulis sampaikan kehadirat Allah SWT, yang telah banyak memberi banyak kenikmatan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini setelah melewati beberapa kesulitan. makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah “Landasan Bimbingan dan Konseling”

Tidak lupa ucapan terima kasih yang setulusnya, penulis sampaikan kepada pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Penulis yakin tanpa adanya bantuan dari pihak-pihak yang terkait, makalah ini tidak akan terselesaikan dengan baik.

Penulis berharap meskipun sedikit yang dapat penulis susun, akan banyak manfaatnya dalam dunia pendidikan. Tidak menutup kemungkinan masih ada terdapat beberapa kekurangan dalam penyusunan makalah ini, sehingga kritik dan saran membangun penulis untuk kesempurnaan dalam penyusunan makalah berikutnya.

Tegal, Desember 2010

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................i

KATA PENGANTAR..............................................................................................ii

DAFTAR ISI............................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Alasan Pemilihan judul................................................................................... 1

B. Tujuan Penulisan............................................................................................. 1

C. Problematika ................................................................................................ 1

D. Metode Penelitian ...........................................................................................1

BAB II KONSEP DASAR TERAPI REALITAS

A. Pendahuluan.......................................................................................................2

B. Lndasan Bimbingan dan Konseling.........................................................3

C. Landasan Filosofis..................................................................................3

D. Landasan Psikologis...............................................................................4

a. Motif dan Motivasi.............................................................................4

b. Pembawaan dan Lingkungan..............................................................4

c. Perkembangan Individu......................................................................5

d. Belajar...............................................................................................5

e. Kepribadian........................................................................................6

E. Landasan Sosial-Budaya.........................................................................7

F. Landasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)...............................8

BAB III PENUTUP

  1. Simpulan..........................................................................................................10
  2. Pesan dan Saran...............................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Alasan Pemilihan Judul

Untuk judul yang dibahas dalam makalah ini adalah tentang “Landasan Bimbingan dan Konseling dengan alasan karena judul makalah atau pembahasan tersebut sudah ditentukan oleh dosen mata kuliah “LANDASAN BIMBINGAN DAN KONSELING”.

Namun judul pembahasan tersebut juga metrupakan suatu tugas Akhir Semester dengan harapan bisa memberikan pengetahuan mengenai tentang materi Landasan Bimbingan dan Konseling.

B. Tujuan penulisan

1. Untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Landasan Bimbingan dan Konseling.

2. Untuk melatih daya pikir mengembangkan kreatifitas dan potensi yang kami miliki.

3. Agar mahasiswa bisa menganalisis, mengetahui dan menerapkan tentang apa yang ada dalam materi Landasan Bimbingan dan Konseling.

4. Untuk memacu mahasiswa lewat pengetahuan tersebut agar mahasiswa bisa memberikan kontribusi lebih terhadap perkembangan Bk

C. Problematika

1. Apa pengertian Landasan Bk.?

2. Bagaimana memahami teori Landasan Bk.?

3. Bagaiman mengaplikasikanya?

D. Merode Pengumpulan Data

Dalam penyusunan makalah ini, penyusun menggunakan metode Pengumpulan data dengan menggunakan metode studi pustaka yaitu dengan menggunakan buku yang didukung dengan pengumpulan informasi dengan mengakses internet.

BAB II

LANDASAN BIMBINGAN DAN KONSELING

A. Pendahuluan

Dalam materi Layanan bimbingan dan konseling merupakan bagian integral dari pendidikan di Indonesia. Sebagai sebuah layanan profesional, bahwa kegiatan layanan bimbingan dan konseling tidak bisa dilakukan secara sembarangan, namun harus berangkat dan berpijak dari suatu landasan yang kokoh, yang didasarkan pada hasil-hasil pemikiran dan penelitian yang mendalam. Dengan adanya pijakan yang jelas dan kokoh diharapkan pengembangan layanan bimbingan dan konseling, baik dalam tataran teoritik maupun praktek, dapat semakin lebih mantap dan bisa dipertanggungjawabkan serta mampu memberikan manfaat besar bagi kehidupan, khususnya bagi para penerima jasa layanan (klien).

Agar aktivitas dalam layanan bimbingan dan konseling tidak terjebak dalam berbagai bentuk penyimpangan yang dapat merugikan semua pihak, khususnya pihak para penerima jasa layanan (klien) maka pemahaman dan penguasaan tentang landasan bimbingan dan konseling khususnya oleh para konselor tampaknya tidak bisa ditawar-tawar lagi dan menjadi mutlak adanya.

Sehingga dalam upaya memberikan pemahaman tentang landasan bimbingan dan konseling, khususnya bagi para konselor, melalui tulisan ini akan dipaparkan tentang beberapa landasan yang menjadi pijakan dalam setiap gerak langkah bimbingan dan konseling.

B. Landasan Bimbingan dan Konseling

Landasan dalam bimbingan dan konseling pada hakekatnya merupakan faktor-faktor yang harus diperhatikan dan dipertimbangkan khususnya oleh konselor selaku pelaksana utama dalam mengembangkan layanan bimbingan dan konseling. Ibarat sebuah bangunan, untuk dapat berdiri tegak dan kokoh tentu membutuhkan fundasi yang kuat dan tahan lama.

Apabila bangunan tersebut tidak memiliki fundasi yang kokoh, maka bangunan itu akan mudah goyah atau bahkan ambruk. Demikian pula, dengan layanan bimbingan dan konseling, apabila tidak didasari oleh fundasi atau landasan yang kokoh akan mengakibatkan kehancuran terhadap layanan bimbingan dan konseling itu sendiri dan yang menjadi taruhannya adalah individu yang dilayaninya (klien). Secara teoritik, berdasarkan hasil studi dari beberapa sumber, secara umum terdapat empat aspek pokok yang mendasari pengembangan layanan bimbingan dan konseling, yaitu landasan filosofis, landasan psikologis, landasan sosial-budaya, dan landasan ilmu pengetahuan (ilmiah) dan teknologi. Selanjutnya, di bawah ini akan dideskripsikan dari masing-masing landasan bimbingan dan konseling tersebut:

C. Landasan Filosofis

Landasan filosofis merupakan landasan yang dapat memberikan arahan dan pemahaman khususnya bagi konselor dalam melaksanakan setiap kegiatan bimbingan dan konseling yang lebih bisa dipertanggungjawabkan secara logis, etis maupun estetis.

Victor Frankl, Patterson, Alblaster & Lukes, Thompson & Rudolph, dalam Prayitno, 2003) telah mendeskripsikan tentang hakikat manusia sebagai berikut :

  • Manusia adalah makhluk rasional yang mampu berfikir dan mempergunakan ilmu untuk meningkatkan perkembangan dirinya.
  • Manusia dapat belajar mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya apabila dia berusaha memanfaatkan kemampuan-kemampuan yang ada pada dirinya.
  • Manusia berusaha terus-menerus memperkembangkan dan menjadikan dirinya sendiri khususnya melalui pendidikan.
  • Manusia dilahirkan dengan potensi untuk menjadi baik dan buruk dan hidup berarti upaya untuk mewujudkan kebaikan dan menghindarkan atau setidak-tidaknya mengontrol keburukan.
  • Manusia memiliki dimensi fisik, psikologis dan spiritual yang harus dikaji secara mendalam.
  • Manusia akan menjalani tugas-tugas kehidupannya dan kebahagiaan manusia terwujud melalui pemenuhan tugas-tugas kehidupannya sendiri.
  • Manusia adalah unik dalam arti manusia itu mengarahkan kehidupannya sendiri.
  • Manusia adalah bebas merdeka dalam berbagai keterbatasannya untuk membuat pilihan-pilihan yang menyangkut perikehidupannya sendiri. Kebebasan ini memungkinkan manusia berubah dan menentukan siapa sebenarnya diri manusia itu adan akan menjadi apa manusia itu.
  • Manusia pada hakikatnya positif, yang pada setiap saat dan dalam suasana apapun, manusia berada dalam keadaan terbaik untuk menjadi sadar dan berkemampuan untuk melakukan sesuatu.

D. Landasan Psikologis

Dalam Landasan psikologis dapat diartikan sebagai landasan yang dapat memberikan pemahaman bagi konselor tentang perilaku individu yang menjadi sasaran layanan (klien). Beberapa kajian psikologi yang perlu dikuasai oleh konselor yaitu sebagai berikut.

a. Motif dan Motivasi

Motif dan motivasi berkenaan dengan dorongan yang menggerakkan seseorang berperilaku baik motif primer yaitu motif yang didasari oleh kebutuhan asli yang dimiliki oleh individu semenjak dia lahir, seperti : rasa lapar, bernafas dan sejenisnya maupun motif sekunder yang terbentuk dari hasil belajar, seperti rekreasi, memperoleh pengetahuan atau keterampilan tertentu dan sejenisnya.

Selanjutnya motif-motif tersebut tersebut diaktifkan dan digerakkan,– baik dari dalam diri individu (motivasi intrinsik) maupun dari luar individu (motivasi ekstrinsik)–, menjadi bentuk perilaku instrumental atau aktivitas tertentu yang mengarah pada suatu tujuan.

b. Pembawaan dan Lingkungan

Pembawaan dan lingkungan berkenaan dengan faktor-faktor yang membentuk dan mempengaruhi perilaku individu. Pembawaan yaitu segala sesuatu yang dibawa sejak lahir dan merupakan hasil dari keturunan, yang mencakup aspek psiko-fisik, seperti struktur otot, warna kulit, golongan darah, bakat, kecerdasan, atau ciri-ciri-kepribadian tertentu. Pembawaan pada dasarnya bersifat potensial yang perlu dikembangkan dan untuk mengoptimalkan dan mewujudkannya bergantung pada lingkungan dimana individu itu berada. Pembawaan dan lingkungan setiap individu akan berbeda-beda. Ada individu yang memiliki pembawaan yang tinggi dan ada pula yang sedang atau bahkan rendah. Misalnya dalam kecerdasan, ada yang sangat tinggi (jenius), normal atau bahkan sangat kurang (debil, embisil atau ideot). Demikian pula dengan lingkungan, ada individu yang dibesarkan dalam lingkungan yang kondusif dengan sarana dan prasarana yang memadai, sehingga segenap potensi bawaan yang dimilikinya dapat berkembang secara optimal.

c. Perkembangan Individu

Perkembangan individu berkenaan dengan proses tumbuh dan berkembangnya individu yang merentang sejak masa konsepsi (pra natal) hingga akhir hayatnya, diantaranya meliputi aspek fisik dan psikomotorik, bahasa dan kognitif/kecerdasan, moral dan sosial. Beberapa teori tentang perkembangan individu yang dapat dijadikan sebagai rujukan, diantaranya : (1) Teori dari McCandless tentang pentingnya dorongan biologis dan kultural dalam perkembangan individu; (2) Teori dari Freud tentang dorongan seksual; (3) Teori dari Erickson tentang perkembangan psiko-sosial; (4) Teori dari Piaget tentang perkembangan kognitif; (5) teori dari Kohlberg tentang perkembangan moral; (6) teori dari Zunker tentang perkembangan karier; (7) Teori dari Buhler tentang perkembangan sosial; dan (8) Teori dari Havighurst tentang tugas-tugas perkembangan individu semenjak masa bayi sampai dengan masa dewasa.

d. Belajar

Belajar merupakan salah satu konsep yang amat mendasar dari psikologi. Manusia belajar untuk hidup. Tanpa belajar, seseorang tidak akan dapat mempertahankan dan mengembangkan dirinya, dan dengan belajar manusia mampu berbudaya dan mengembangkan harkat kemanusiaannya. Inti perbuatan belajar adalah upaya untuk menguasai sesuatu yang baru dengan memanfaatkan yang sudah ada pada

diri individu. Penguasaan yang baru itulah tujuan belajar dan pencapaian sesuatu yang baru itulah tanda-tanda perkembangan, baik dalam aspek kognitif, afektif maupun psikomotor/keterampilan. Untuk terjadinya proses belajar diperlukan prasyarat belajar, baik berupa prasyarat psiko-fisik yang dihasilkan dari kematangan atau pun hasil belajar sebelumnya.

e. Kepribadian

Untuk menjelaskan tentang kepribadian individu, terdapat beberapa teori kepribadian yang sudah banyak dikenal, diantaranya : Teori Psikoanalisa dari Sigmund Freud, Teori Analitik dari Carl Gustav Jung, Teori Sosial Psikologis dari Adler, Fromm, Horney dan Sullivan, teori Personologi dari Murray, Teori Medan dari Kurt Lewin, Teori Psikologi Individual dari Allport, Teori Stimulus-Respons dari Throndike, Hull, Watson, Teori The Self dari Carl Rogers dan sebagainya. Sementara itu, Abin Syamsuddin (2003) mengemukakan tentang aspek-aspek kepribadian, yang mencakup :

  • Karakter; yaitu konsekuen tidaknya dalam mematuhi etika perilaku, konsiten tidaknya dalam memegang pendirian atau pendapat.
  • Temperamen; yaitu disposisi reaktif seorang, atau cepat lambatnya mereaksi terhadap rangsangan-rangsangan yang datang dari lingkungan.
  • Sikap; sambutan terhadap objek yang bersifat positif, negatif atau ambivalen.
  • Stabilitas emosi; yaitu kadar kestabilan reaksi emosional terhadap rangsangan dari lingkungan. Seperti mudah tidaknya tersinggung, sedih, atau putus asa.
  • Responsibilitas (tanggung jawab), kesiapan untuk menerima resiko dari tindakan atau perbuatan yang dilakukan. Seperti mau menerima resiko secara wajar, cuci tangan, atau melarikan diri dari resiko yang dihadapi.
  • Sosiabilitas; yaitu disposisi pribadi yang berkaitan dengan hubungan interpersonal. Seperti: sifat pribadi yang terbuka atau tertutup dan kemampuan berkomunikasi dengan orang lain.

Untuk kepentingan layanan bimbingan dan konseling dan dalam upaya memahami dan mengembangkan perilaku individu yang dilayani (klien) maka konselor harus dapat memahami dan mengembangkan setiap motif dan motivasi yang melatarbelakangi perilaku individu yang dilayaninya (klien).

E. Landasan Sosial-Budaya

Landasan sosial-budaya merupakan landasan yang dapat memberikan pemahaman kepada konselor tentang dimensi kesosialan dan dimensi kebudayaan sebagai faktor yang mempengaruhi terhadap perilaku individu. Seorang individu pada dasarnya merupakan produk lingkungan sosial-budaya dimana ia hidup. Sejak lahirnya, ia sudah dididik dan dibelajarkan untuk mengembangkan pola-pola perilaku sejalan dengan tuntutan sosial-budaya yang ada di sekitarnya.

Kegagalan dalam memenuhi tuntutan sosial-budaya dapat mengakibatkan tersingkir dari lingkungannya. Lingkungan sosial-budaya yang melatarbelakangi dan melingkupi individu berbeda-beda sehingga menyebabkan perbedaan pula dalam proses pembentukan perilaku dan kepribadian individu yang bersangkutan. Apabila perbedaan dalam sosial-budaya ini tidak “dijembatani”, maka tidak mustahil akan timbul konflik internal maupun eksternal, yang pada akhirnya dapat menghambat terhadap proses perkembangan pribadi dan perilaku individu yang besangkutan dalam kehidupan pribadi maupun sosialnya.

Dalam proses konseling akan terjadi komunikasi interpersonal antara konselor dengan klien, yang mungkin antara konselor dan klien memiliki latar sosial dan budaya yang berbeda. Pederson dalam Prayitno (2003) mengemukakan lima macam sumber hambatan yang mungkin timbul dalam komunikasi sosial dan penyesuain diri antar budaya, yaitu :

(a) perbedaan bahasa

(b) komunikasi non-verbal

(c) stereotipe

(d) kecenderungan menilai

(e) kecemasan

Kurangnya penguasaan bahasa yang digunakan oleh pihak-pihak yang berkomunikasi dapat menimbulkan kesalahpahaman. Bahasa non-verbal pun sering kali memiliki makna yang berbeda-beda, dan bahkan mungkin bertolak belakang. Stereotipe cenderung menyamaratakan sifat-sifat individu atau golongan tertentu berdasarkan prasangka subyektif (social prejudice) yang biasanya tidak tepat. Penilaian terhadap orang lain disamping dapat menghasilkan penilaian positif tetapi tidak sedikit pula menimbulkan reaksi-reaksi negatif. Kecemasan muncul ketika seorang individu memasuki lingkungan budaya lain yang unsur-unsurnya dirasakan asing. Kecemasan yanmg berlebihan dalam kaitannya dengan suasana antar budaya dapat menuju ke culture shock, yang menyebabkan dia tidak tahu sama sekali apa, dimana dan kapan harus berbuat sesuatu. Agar komuniskasi sosial antara konselor dengan klien dapat terjalin harmonis, maka kelima hambatan komunikasi tersebut perlu diantisipasi.

F. Landasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)

Layanan bimbingan dan konseling merupakan kegiatan profesional yang memiliki dasar-dasar keilmuan, baik yang menyangkut teori maupun prakteknya. Pengetahuan tentang bimbingan dan konseling disusun secara logis dan sistematis dengan menggunakan berbagai metode, seperti: pengamatan, wawancara, analisis dokumen, prosedur tes, inventory atau analisis laboratoris yang dituangkan dalam bentuk laporan penelitian, buku teks dan tulisan-tulisan ilmiah lainnya. Sejak awal dicetuskannya gerakan bimbingan, layanan bimbingan dan konseling telah menekankan pentingnya logika, pemikiran, pertimbangan dan pengolahan lingkungan secara ilmiah (McDaniel dalam Prayitno, 2003).

Bimbingan dan konseling merupakan ilmu yang bersifat “multireferensial”. Beberapa disiplin ilmu lain telah memberikan sumbangan bagi perkembangan teori dan praktek bimbingan dan konseling, seperti : psikologi, ilmu pendidikan, statistik, evaluasi, biologi, filsafat, sosiologi, antroplogi, ilmu ekonomi, manajemen, ilmu hukum dan agama. Beberapa konsep dari disiplin ilmu tersebut telah diadopsi untuk kepentingan pengembangan bimbingan dan konseling, baik dalam pengembangan teori maupun prakteknya.

Sejalan dengan perkembangan teknologi, khususnya teknologi informasi berbasis komputer, sejak tahun 1980-an peranan komputer telah banyak dikembangkan dalam bimbingan dan konseling. Menurut Gausel (Prayitno, 2003) bidang yang telah banyak memanfaatkan jasa komputer ialah bimbingan karier dan bimbingan dan konseling pendidikan. Moh. Surya (2006) mengemukakan bahwa sejalan dengan perkembangan teknologi komputer interaksi antara konselor dengan individu yang dilayaninya (klien) tidak hanya dilakukan melalui hubungan tatap muka tetapi dapat juga dilakukan melalui hubungan secara virtual (maya) melalui internet, dalam bentuk “cyber counseling”. Dikemukakan pula, bahwa perkembangan dalam bidang teknologi komunikasi menuntut kesiapan dan adaptasi konselor dalam penguasaan teknologi dalam melaksanakan bimbingan dan konseling.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian di atas penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut :

Sebagai sebuah layanan profesional, bimbingan dan konseling harus dibangun di atas landasan yang kokoh. Landasan bimbingan dan konseling yang kokoh merupakan tumpuan untuk terciptanya layanan bimbingan dan konseling yang dapat memberikan manfaat bagi kehidupan. Layanan bimbingan dan konseling dalam konteks Indonesia, di samping berlandaskan pada keempat aspek tersebut di atas, kiranya perlu memperhatikan pula landasan pedagodis, landasan religius dan landasan yuridis-formal.

B. PESAN DAN SARAN

Sebagai ungkapan akhir dari penyusunan makalah, ada beberapa pesan dan kami sarankan mengenai Landasan Bimbingan dan Konseling :

Bahwa dalam pengetahuan mengenai Landasan Bimbingan dan Konseling memang perlu diketahui oleh para mahasiswa sebab dengan mengetahui Landasan Bimbingan dan Konseling, maka kita bisa mengahadapi setiap individu sesuai dengan yang seharusnya atau dengan porsinya masing-masing sesuai Landasan dalam Bimbingan dan Konseling.

DAFTAR PUSTAKA

SUDRAJAT AKHMAD, Landasan Bimbingan dan Konseling “.

Sumber

www.Akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/.../landasan-bimbingan-dan-konseling/